Wednesday, September 10, 2014

Menunggu

Menunggu. Ya selama ini saya menunggu. Saya mengkosongkan tempat tersebut selama ini, bukan karena tidak ada yang lain datang. Mungkin sengaja. Mungkin pula belum ada yang pas. Mungkin juga saya menunggu org yang sama untuk itu. Entah mengapa orang yang sama tersebut benar-benar kembali. Setelah lama meninggalkan, tidak berkabar. Dengan tiba-tiba begitu saja kembali dan mungkin berniat mengisi tempat yang tadi saya kosongkan. Apakah ini hasil dari menunggu? Apa ini yang saya tunggu? Entah lah, tetiba terpikir kata "enak saja". Apapun alasannya,  sesuka hati pergi dan kembali lagi sedikit kurang sopan menurut penilaianku.

Namun, karena tempat tersebut memang masih kosong, terkadang rasa mengalahkan logika. Rasa tersebut membawa akal pikiran saya untuk memberi sedikit jalan untuk menembus tempat tersebut dengan beberapa petunjuk. Well, walaupun petunjuknya agak sedikit menguji kesabaran. Saya waktu itu merasa agak yakin tempat tersebut boleh kembali dimiliki. Tapi, saat petunjuk tersebut diberikan, sepertinya ada yang salah. Entah itu miss understanding atau memang dari awal sudah salah. Saya sangat mengerti dan mengahargai seluruh sikap baik yang ditunjukkan agar memperoleh tempst tersebut. Tapi dengan penuh pertimbangan. Saya memutuskan untuk mengajukan syarat-syarat tersebut.

Pada akhirnya, khawatir saya akan ditagih janji, saya berusaha lagi-lagi menunggu. Memang benar, menunggu merupakan kegiatan yang sangat menjenuhkan dan tidak enak. Tapi saat itu hanya itu yang dapat saya lakukan. Sampai saat tiba rasa jenuh. Merasa janji yang sudah terucap sudah expire. Muncul orang lain yang menawarkan untuk membersihkan tempat yang tadi saya kosongkan. Sulit tapi bukan berarti tidak bisa. Sedikit demi sedikit orang tersebut membersihkan dari yang tadinya 0% naik 30% dan sekarang saya rasa prosesnya mencapai 45%. Terkesan cepat, oleh karena itulah butuh cukup waktu. Hanya saja kekhawatiran untuk membiarkan tempat tersebut diisi orang yang belum cukup kenal dan mengingat apabila tempat tersebut diisi dan saya akan meninggalkan. Menjadikan hal tersebut menjadi lebih kompleks.

Setelah  kupikir kembali,  untuk apa menunggu orang yang  tidak menganggap kita berharga dan menyianyiakan mereka yang lebih menghargai kita tanpa melihat cantik, kekurangan atau apa pun itu yang menjadi nilai minus di mata awam yang tidak mengenal kita. Terkadang kita harus meninggalkan perasaan dengan mengandalkan  logika. Well,  thats hurt ..  Life must be realistic isnt it?

Untuk saat ini, well, saya merasa nyaman dengan orang yang mencoba menempati tempat kosong tadi. Entah itu akan berlanjut dan membuatnya benar-benar dapat  menempati tempat tersebut atau memang emmm, entahlah. We'll see.
The key is just follow me with my rule and ill follow yours.
Hump.. Too much too tell here. But,  hmmm, just let my self  and my close friends know the rest.  *blush*

No comments: