Friday, May 30, 2014

My story of setiawaras

Halo. Postingan kali ini saya akan menceritakan tentang pengalaman praktikum 3 yang saya jalani selama 75 hari. Postingan kali ini juga tidak pakai bahasa ke barat-baratan (efek mengerjakan begitu banyak laporan dan skripsi yang mengharuskan terbiasa untuk menuliskan kata-kata yang cukup kaku dan baku). Okay. Lokasi praktikum saya terletak di sebuah desa di Kabupaten Tasikmalaya Kecamatan Cibalong, desa tersebut bernama Desa setiawaras. Desa Setiawaras memiliki 9 kedusunan dengan area yang cukup besar, seharusnya bisa dijadikan 2 atau 3 desa. Desa tersebut merupakan desa yang terjauh dari Bandung dibandingkan dengan desa teman-teman kampus saya yang lain. Tapi menurut saya, itu bukan menjadi masalah yang perlu di khawatirkan., selagi poskonya nyaman, air lancar, makan lancar, dosen pembimbing easy going. Itu bukan masalah besar. Toh sejauh apapun pasti bisa kok balik ke Bandung bagaimana pun caranya itu.

Warga Desa Setiawaras termasuk golongan orang-orang yang ramah. Supervisor desa kami (pak nana) pun sangat menyambut dengan baik kedatangan kami. Tidak hanya pak Nana, pak Dadih selaku pak kuwuh (kepala desa) beserta jajarannya juga menyambut hangat kedatangan kami. Tidak jarang ketika kami datang berkunjung ke rumah warga, kami membawa pulang buah tangan dari mereka.  Sangat senang rasanya berada di sana walaupun tidak jarang saya mencuri waktu untuk pulang ke bandung.
Pada akhir praktikum rasanya sangat malas untuk berkemas kembali ke bandung dan kembali kepada rutinitas yang telah menunggu. Pembuatan laporan yang nampaknya sangat banyak membuat rasa malas tersebut semakin bertambah. But well, ready or not. I have to face it to pass it all. Benar saja, hari H saat akan pulang, sangat terasa sedih dan cukup berat melihat wajah sendu dari aparat desa dan  ibu enung sang pemilik rumah. Well, kami berjanji untuk kembali lagi ke desa tersebut sebelum benar benar akan meninggalkan pulau jawa. InsyaAllah.
Ujian sidang praktikum 3 kelompok kami berjalan dengan lancar. Dosen penguji yang cukup ramah cukup mengurangi denyut jantung yang tadinya hampir meletus. Setelah keluar ruangan ujian rasanya nyawa yang tadinya hampir hilang seratus tahun kembali lagi ke raga ini. Hal yang berkesan selama proses ujian tersebut adalah, ketika sang ibu2 dosen penguji membuat logat aksen makassar sebagai lelucon. Ahahaha. I'm proud of tha that accent btw. Syukur Alhamdulillah tinggal satu ujian lagi saya bisa mendapatkan penambahan nama S.ST di belakang nama saya. Saat ini saya telah pada tahap perbaikan bab 1 2 3 dan pembuatan instrumen penelitian. Saya harap bulan juni sebelum anak-anak di lokasi penelitian saya libur sekolah sudah dapat turun untuk meneliti. Semoga saja hati ibu-ibu dosen ku yang cantik menjadi super turbo baik dan ramah dan memperlancar proses saya menjadi seorang sarjana. Aamiin.
Saya rasa cerita saya sudah terlalu panjang dan akan membosankan kalau saya teruskan karena untuk saat ini pastinya saya akan terus menulit tentang doa-doa saya untuk menghadapi KIA yang saya buat.
I hope you all have a blast day. Allah bless you. Have a nice weekend.
XOXO!